KAZUMA
 

Raja Parakeet

Kisah Raja Parakeet, raja burung parkit yang cerdik. Bagaimana ia dapat membebaskan dirinya dan rakyatnya dari bahaya.
******
Di sebuah hutan belantara yang lebat, tinggalah sekumpulan burung parkit yang hidup damai dan tentram, yang dipimpin oleh seekor raja burung bernama Raja Parakeet. Setiap hari mereka ramai bernyanyi saling bersahutan sambil berpindah-pindah dari satu ranting ke ranting yang lain. Satu sama lain saling menyayangi dan tidak pernah berebutan dalam mencari makan. Itu berkat kemampuan raja Parakeet dalam memimpin rakyatnya untuk senantiasa saling bekerja sama. 

Suatu hari ketentraman mereka terusik karena mereka mendengar kabar bahwa hutan mereka kedatangan seorang pemburu burung. Sudah banyak burung yang ditangkap olehnya. Meskipun tempat tinggal mereka jauh di dalam hutan, namun tidak menutup kemungkinan pemburu itu akan segera mengetahui keberadaan mereka. 
“Aduh bagaimana ini? Kita tidak bisa leluasa mencari makan. Salah-salah nanti kita menginjak perekat yang dipasang si pemburu. Kalau kita tertangkap, bagaimana nasib anak-anak kita yang masih kecil?” keluh seekor ibu burung kepada suaminya. 
“Aku juga bingung bu! Tapi bagaimana lagi, kita harus tetap keluar mencari makan kalau tidak ingin anak kita mati kelaparan. Tapi kita harus ekstra hati-hati agar tidak terjebak oleh perangkap pemburu,” jawab suaminya. 
“Aku dengar pemburu itu sudah semakin dekat dengan rumah kita! Beberapa burung nuri memberitahuku. Sudah banyak yang tertangkap!” kata burung lainnya. 

Rakyat burung parkit semakin resah. Apalagi beberapa hari kemudian mereka melihat pemburu itu datang di sekitar rumah mereka dan mulai memasang perekat di ranting-ranting pohon untuk menangkap mereka. Alhasil banyak burung parkit yang terjebak dan menempel pada perekat si pemburu. Mereka menangis menyadari hidup mereka terancam. Tidak terkecuali raja Parakeet, ia pun terjebak. Namun ia berusaha menenangkan rakyatnya. 
“Jangan panik rakyatku! Pemburu itu tidak akan membunuh kita. Buktinya ia hanya memasang perekat untuk menjebak kita. Berarti ia hanya ingin menangkap kita hidup-hidup!” seru raja Parakeet. 
“Tapi apa gunanya hidup! Anakku baru menetas dan sekarang mereka pasti sedang menangis kelaparan menungguku!” tangis seekor ibu burung. 
“Dengarkan aku wahai rakyatku!” seru raja Parakeet. “Kita harus bersabar sebentar. Esok, si pemburu pasti akan kembali untuk mengambil kita…” 
Serentak semua burung menjerit dan menangis. 
“Tenanglah dulu!” teriak raja Parakeet. “Kita akan mengatur strategi.” 
“Maksud Tuan?” tanya rakyatnya. 
“Kita akan berpura-pura mati!” kata raja Parakeet. 
“Berpura-pura mati? Untuk apa Tuan. Toh aku akan mati kalau terpisah dengan anakku,” kata seekor ibu burung. 
“Tentu saja untuk mengelabui si pemburu. Pemburu itu ingin menangkap kita hidup-hidup, jadi kita tidak berguna buatnya kalau kita semua mati. Besok ia pasti datang dan melepaskan kita satu persatu dari perangkap ini. Tunggulah aba-abaku! Dalam hitungan yang keseratus, lalu kita semua terbang bersama-sama,” kata raja Parakeet. 
“Oooohhh…ya ya ya kami mengerti!” jawab semua rakyatnya. 

Esoknya si pemburu datang. Ia memeriksa tangkapannya satu persatu sambil melepaskannya dari perangkapnya. Ia kecewa karena semua burung tangkapannya tidak bergerak. 
“Apa mereka mati ya?” tanya si pemburu dalam hati. 
Sementara itu rakyat Parkit menunggu aba-aba rajanya dengan cemas dan tak sbar. Malang ketika pemburu hendak melepaskan burung terakhir yang tak lain adalah raja Parakeet, ia terpeleset. Rakyat parkit terkejut dan serentak terbang tanpa menunggu aba-aba. Pemburu juga terkejut melihat buruannya yang disangkanya mati ternyata kabur. Tinggal raja Parakeet yang masih menempel di perangkapnya. Pemburu memegangnya dengan marah. 
“Hah! Ternyata kalian menipuku. Rasakan! Kau akan mati di tanganku!” seru Pemburu. 
“Jangan! Jangan bunuh aku Tuan! Aku berjanji kalau kau melepaskanku, aku akan menghiburmu. Aku akan menyanyi untukmu setiap hari,” janji raja Parakeet. 
Pemburu berpikir sejenak. 
“Baiklah! Kita lihat, apakah kau mampu menghiburku. Awas kalau suaramu jelek, aku tidak segan-segan menghukummu,” ancam pemburu. 

Raja Parakeet dibawa ke rumah pemburu. Di sana ia dibuatkan tempat untuk bertengger. Setiap hari ia bernyanyi untuk menghibur Pemburu. Karena suara raja Parakeet amat merdu, lama-kelamaan Pemburu menyayanginya. Ia selalu membanggakannya dan memamerkannya ke teman-temannya. Banyak yang ingin membelinya tapi Pemburu selalu menolaknya meskipun ditawar dengan harga yang sangat tinggi. 

Lama-kelamaan berita burung bersuara merdu itu sampai di telinga raja Aceh. Sebagai raja, ia ingin sekali memilikinya. Maka diutuslah seorang wakilnya untuk membeli burung tersebut. Wakilnya segera pergi ke rumah Pemburu. 
"Raja mengutusku untuk memberikan penawaran buat burungmu. Raja akan membelinya dengan harga tinggi," kata Wakil raja. 
"Tapi tuan, aku sama sekali tidak ingin menjualnya," jawab pemburu. 
"Raja pasti sangat kecewa," ujar Wakil raja membuat Pemburu merasa tidak enak. 
"Baiklah!" kata pemburu dengan berat hati. "Raja boleh membelinya." 
Lalu kepada raja Parakeet, Pemburu berkata, "Sobat, aku terpaksa melepasmu. Baik-baiklah kau di istana. Aku pasti merindukanmu." 

Singkat cerita kini raja Parakeet tinggal di istana. Raja secara khusus membuatkan sebuah sangkar yang terbuat dari emas. Seorang perawat yang sangat ahli dalam merawat burung ditugaskan untuk merawatnya. Pendek kata hidup raja Parakeet sangat menyenangkan. Benarkah? Ternyata tidak. Karena raja Parakeet selalu ingat tempat tinggalnya sendiri di hutan sana. Teringat akan rakyatnya yang menunggunya. Hal itu membuat raja Parakeet menjadi murung. Makanan yang disediakan untuknya, sedikit pun tidak disentuhnya. Kini ia tidak mau lagi membuka mulutnya, apalagi bernyanyi untuk menghibur raja Aceh. Raja heran melihat perubahan tersebut. Ia memanggil perawatnya. 
"Kenapa burung kesayanganku jadi pendiam begitu? Apakah ia sakit?" tanya raja Aceh. 
"Ampun Tuan, hamba pun tidak mengerti. Semua kebutuhan dan kesehatannya selalu saya cek dengan seksama. Tidak ada yang salah dengan tubuhnya. Tapi sepertinya ia banyak pikiran," jawab Perawat. 
Raja tidak mengerti bagaimana seekor burung bisa punya banyak pikiran. 
"Ternyata hewan pun punya masalah juga?" pikir Raja sambil geleng-geleng kepala. 

Beberapa hari kembudian raja Parakeet mendapat ide. 
"Ah, kenapa aku tidak pura-pura mati lagi," pikirnya. "Raja akan melepaskanku kalau aku mati." 

Maka tanpa membuang waktu raja Parakeet segera berpura-pura mati. Perawatnya bergegas melaporkan berita itu kepada raja Aceh. Raja Aceh sangat sedih mendengarnya. Ia sebenarnya sangat menyayanginya. 
"Siapkan acara penguburan untuknya! Ia harus dikuburkan seperti layaknya keluarga raja," perintah raja Aceh. 

Raja Aceh sendiri yang memimpin upacara penguburan tersebut. Setelah kuburan disiapkan, seorang prajurit yang membawa tubuh raja Parakeet meletakannya di tanah. Raja Parakeet tanpa membuang waktu segera mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi secepat kilat. 
"Horeeeee aku bebaaaassss...!" teriaknya. 
Sementara raja Aceh dan para pengawalnya terkesima menyaksikan peristiwa itu, namun akhirnya mereka tertawa begitu menyadari mereka telah tertipu oleh seekor burung. 
Raja Parakeet terbang dengan gembira menuju hutan tempat tinggalnya. Rakyatnya menyambut raja mereka dengan penuh suka cita. Demikianlah akhirnya raja Parakeet kembali berkumpul dengan rakyatnya dan hidup bahagia.